World Vision International - Home
Blogged with Flock
Inilah judul yang pernah diangkat oleh salah satu televisi swasta nasional kita, berkaitan dengan fenomena yang belakangan ini terjadi di negara kita.
Ironis memang jika kita melihat masih ada juga orang yang sama sekali tidak bisa makan berhari-hari, kelaparan dan akhirnya mati di negeri yang konon katanya kaya akan sumber daya alam.
Terkadang, tidak jarang kita mendengar bahkan melihat imbas dari kekurangan, kelaparan bahkan depresi ini diarahkan dan dilampiaskan kepada anak-anak.
TRAGIS!! Itulah kata yang bisa melukiskan keadaan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat yang sudah mulai melupakan kultur silahturahmi dan aspek sosial lainnya, dan lebih mementingkan aspek materialis.
Kejadian-kejadian, dimana seorang ibu tega menghabisi anak kandungnya sendiri dengan alibi keterbatasan ekonomi, kasihan kepada kehidupan anak sampai kepada alasan agar anak-anak tidak hidup didalam kesulitan yang dialami oleh orang tua nya pernah kita dengar terjadi di malang. Ternyata kejadian ini berulang lebih dari satu kali sampai dengan sekarang. Seolah-olah alibi kesulitan ekonomi yang dipakai sebagai alasan yang logika dan masuk akal menjadi satu hal yang lumrah dan wajar untuk “ditindaklanjuti” dengan melakukan eksekusi yang sangat menyayat hati dan diyakini oleh pelaku sebagai epesiode penghentian kesulitan secara permanen.
Hari ini mungkin kita tersadar dengan keadaan bangsa ini, kita sedih, hati kita miris, bahkan kita ingin menyalahkan negara atas keadaan ini.
Untuk itu mari kita sama-sama ikut berperan untuk membantu mereka-mereka yang berkekurangan,,,,, mereka-mereka yang terhimpit masalah ekonomi,,,,, mereka-mereka yang lapar dan yang depresi dengan keadaan sehari-harinya.
Caranya?
Mulailah dengan lebih sensitif terhadap lingkungan sekitar anda. Aspek silahturahmi dan aspek social yang perlahan-lahan mulai hilang dari hadapan kita harus kita kembalikan lagi ketengah-tengah masyarakat dan lingkungan kita. Kita pernah mendengar bahwa masyarakat kita sering melakukan pekerjaan dengan cara bergotongroyong, dan mungkin kita hanya menemui kebiasaan ini disebahagian kecil kota/desa saja saat ini, inilah yang perlu kita pertahankan agar fenomena-fenomena tadi tidak lagi menjadi sebuah alibi terhadap setiap orang yang mengalami masalah yang sama untuk melakukan tindakan yang sama pula.
Hidup ini indah jika kita mau menikamatinya, hidup ini menjadi lebih berarti jika kita mau memaknainya dengan cara yang lebih baik.
Susah dan penderitaan, kesedihan dan kegagalan adalah milik semua orang. Semua pasti pernah mengalaminya. Yang paling penting dari semua itu adalah bagaimana kita mau menerima keadaan itu dan belajar dari keadaan itu dan kemudian berbalik arah dengan semangat tinggi untuk mengejar kesejahteraan yang lebih baik.
SEMOGA…
Ini adalah kota luwuk banggai dilihat dari daerah yang biasa disebut "keles" oleh penduduk setempat. Kota luwuk ini biasa disebut juga dengan sebutan "kota berair". Pantai Kilo Lima dan juga air terjun/pemandian "salodik".
Sayangnya, saya tidak bisa terlalu lama menikmati kota ini karena saya harus pindah/mutasi lagi ke kota jakarta.
Namun kota ini tidak akan hilang dari ingatan saya, jika ada kesempatan lagi saya pasti akan pergi kesana.
Sebagai informasi, kota luwuk ini akan dijadikan sebagai ibukota provinsi SULTIM yang ampres nya sudah keluar dan akan diparipurnakan oleh DPR RI.
Semoga saja kota ini tetap damai dan tenang, sehingga memberikan dampak kemajuan kepada masyarakatnya.
Perkembangan kota luwuk ini sangat pesat sekali dalam beberapa tahun ini. Saya memang tidak mempunyai data statistik yang akurat, tapi secara kasat mata sendi-sendi perekonomian kota ini semakin semarak dan bergairah.
Contoh-contoh kongkret yang bisa kita saksikan adalah banyaknya investor yang masuk ke luwuk, dari sektor pertambangan, properti, sampai kepada sektor pertanian.
Satu kata yang bisa saya ucapkan : LUAR BIASA.