Kamis, 02 Desember 2010

Perjalanan Panjang Menuju Desa Tominuku (part 1)



Desa Tominuku terletak dibahagian timur ibukota Alor, kota Kalabahi. Desa ini terletak diketinggian, dan cuaca disana luar biasa dingin. Tanggal 1 November 2010, saya berangkat dengan driver ADP Alor, saya bisa memanggilnya dengan sebutan OM MELIK. Sepanjang jalan dia bercerita tentang Tominuku yang sangat dingin. "Eee pak, stengah mati dingin nya diatas. Sa saja tidak mampulah. Itu seng saja bisa tembus bapa. Manetes tu embun dari seng", begitu ujarnya. Saya hanya tersenyum, karena saya sudah pernah kebeberapa tempat yang dingin, tp tidak sampai seperti itu kondisinya. Itu yang ada dalam pikiran saya. Sesampainya disana sekitar pukul 08.00 wita, saya disambut oleh bapa mama (demikian masayarakat disana memanggilnya) tempat saya akan tinggal selama 18 hari, yang kebetulan adalah seorang Kepala Desa. Senang rasanya disambut dengan baik oleh tuan rumah. Bapa langsung menunjukkan kamar dimana saya akan beristirahat. Rumah ini adalah rumah jabatan kepala desa, sederhana, namun sejuk. Rumah berdindingkan stengah batu dan setengahnya anyaman bambu. Bagian atas dindingnya masih terbuka, membuat kamar dan ruangan lainnya menjadi terang benderang. Memasuki sore hari, mulai terasa hawa dingin menggelayuti. Tp saya masih merasa "aman" dari dinginnya udara waktu itu. Waktu itu sudah mulai gelap. Listrik tidak ada disini, penerangan satu-satunya hanya mengandalkan PELITA.

Sore mulai berganti malam, suasana semakin dingin, saya pun sampai pada waktunya beristirahat. Saya berdoa, bersyukur kepada Tuhan karena sudah ditibakan dengan selamat didesa Tominuku, dan saya pun berdoa untuk istirahat saya malam itu.

Saya pun tertidur lelap sambil sekali-sekali saya terjaga oleh bunyi-bunyian yang masih asing ditelinga saya. Sekitar pukul 02.00 wita dimulailah "perjuangan" ku menghadapi dinginnya udara malam. Dingin sekali sampai menusuk ke tulang-tulang rasanya. Mungkin juga karena rumah dan kamar saya bahagian paling atas dindingnya masih terbuka lebar, sehingga udara malam masuk "dengan seenaknya" ke kamarku tanpa permisi sedikitpun. Perjuangan itu berakhir dengan munculnya KRAM di bahagian perut saya. Mungkin itu karena saya mencoba beradaptasi dengan dinginnya udara pada malam itu.

Penderitaan saya bertambah lagi karena saya hanya membawa selembar sarung yang hanya bisa menutupi setengah dr tubuh saya. Dingin diatas, selimut saya angkat kebagian atas tubuh saya. Kaki saya mulai kedinginan, saya turunkan juga sarung saya kebagian bawah. Sarung tangan dan jaket tebal serta jeans dan kaos kaki yang saya papaki ternyata itupun tudak mampu mengurangi rasa dingin pada malam itu.
Kejadian ini berlangsung selama 3 hari berturut-turut.
Saya frustasi, pada saat itu saya bertekad akan menghubungi ADPM saya, Bang Eben, yang pada saat itu sedang berada di Bali dalam rangka retreat staf ADP Alor. Saya ingin sekali meminta segera dipindahkan dari desa ini, karena saya tidak tahan dengan udara dinginnya yang luar bisa. Entah kenapa, sinyal pada hari keempat itu benar-benar tidak ada. Padahal biasanya, sinyal muncul kalau cuaca pada siang hari cukup panas, maklumlah, sinyal disana masih mengandalkan pemancar yang mempergunakan tenaga surya yang diadakan salah satu operator di tanah air. Saya bertambah frustasi! Memasuki malam hari, pada saat saya akan tertidur, saya berfikiran untuk memakai kaos kaki 3, celana juga saya lapis 3, dan juga jaket, sarung tangan dan tentu saja sarung yang tidak cukup menutupi seluruh badan ku itu. Pada saat saya masuk ke kamar, saya melihat ada sesuatu yang bertambah diatas tempat tidur saya. Ketika saya mendekati objek itu, saya terkejut. Ternyata satu helai SELIMUT!
Wouwww,,, "Puji Tuhan", kata ku dalam hati. Ternyata mama memperhatikan aku selama 3 hari ini ketika aku tertidur. Maklumlah, kamarku dan yang lainnya hanya ditutupi oleh sehelai kain horden saja. Sebelum aku tertidur ada bayangan masuk kedalam kamar. Saya terkejut dan ketakutan. "Siapa gerangan yang masuk didalam kamarku?" Ternyata mama! "Anak mari minum kopi dulu, udara dingin jadi.. Anak harus minum kopi biar badan dikasi hangat dulu ko", begitu kata mama dengan logat khas Alor. Setengah ketakutan, saya memberanikan diri untuk bangkit dari tempat tidur. "Mama saya minum didepan saja (diruang tamu)", ujarku. Aku takut, jangan-jangan ini ada apa-apanya.. ihhhh,,, saya masih ketakutan. Ketika saya sudah tiba diruang tamu, ternyata ada bapa dan adik-adik diruangan itu. Mereka tersenyum melihat saya keluar. Ternyata itu salah satu cara mereka untuk menghangatkan badan. Mereka lakukan itu karena mereka tahu kalau saya mengalami KRAM beberapa hari yang lalu. Perhatian sekali. Itu yang membuat saya akhirnya mengurungkan niat saya untuk menghubungi Bang Eben. Saya tinggal dirumah yang tepat, karena mereka memperhatikan saya dengan lebih.

Saya bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan menunjuk orang yang sangat memperhatikan saya. Malam itu saya tidur dengan nyaman, karena kedinginan yang saya rasakan sudah mulai dapat saya atasi. Terima kasih Tuhan, Kau beri aku kesempatan untuk mendapatkan pengalaman ini. Ketika saya merenungkan kembali, mungkin memang Tuhan sengaja menghilangkan sinyal pada hari itu, sehingga saya tidak bisa mrnghubungi siapapun termasuk Bang Eben untuk berkeluh kesah. Saya tertawa sendiri kalau saya ingat cerita itu.
Bersambung....

3 komentar:

rikko keren mengatakan...

LEBAY LOEH BANG
DISANA MAH KURANG DINGIN KALI,
YG LEBIH DGIN TUH DI SURABAYA TEPATNYA DI (DOOOOLIIII) WKWKWKKKKKKKK..................
APALAGI DI JAKARTA BYK YG LEBBIH DINGIN LG....?????? HAHAHAAAAA
SUKSES YA BANG, JGN NYERAH BANG,
GBU.....SALAM BUAT ORG2 DI SANA YA.

Chrisman BH Siregar mengatakan...

mari sini sudah...

Unknown mengatakan...

Kampung sy tuh om..
he he he dinginx ..
tp udarax sejuk om 😃